Desember 2, 2009
Ayo, Ikut Workshop Fotografi dan Komik ‘MuDA Creativity 3th Anniversary’!
Kawan-kawan,
Ini dia satu lagi acara yang tentu menarik dan sayang dilewatkan.
Serangkaian dengan perayaan ulang tahun Kompas MuDA, tahun ini akan digelar kegiatan MuDA Creativity, sebuah program workshop serta kompetisi bagi generasi muda. Berlangsung di 7 kota, salah satunya Denpasar, pada Sabtu, 12 Desember 2009, di Fakultas Kedokteran Univ. Udayana, pukul 13.00 – 19.00 WITA.
Acara
Workshop Fotografi (13.00 – 16.00)
Workshop Komik (16.00 – 19.00)
Reservasi
7 – 11 Desember 2009, Pukul 15.00 – 17.00
Museum Sidik Jari, Jalan Hayam Wuruk 175, Denpasar
Informasi
Telp : Aswarini (081 805 470 801) / Itha (081 834 8006)
Email : komunitas.sahaja@yahoo.com
Tempat terbatas! Ayo buruan daftar!
Ketentuan Workshop Fotografi dan Komik ‘MuDa Creativity 3th Anniversary’
Nah, bagi kawan-kawan yang ingin ikut acara Workshop Fotografi dan Komik ‘MuDA Creativity’, inilah ketentuannya.
Umum
Peserta Workshop Fotografi dan Komik “Muda Creativity 3th Anniversary” ini terbuka untuk pelajar SMA/SMK/sederajat serta mahasiswa, antara usia 15-25 tahun.
Peserta Workshop Fotografi“Muda Creativity” sebelumnya sudah melakukan registrasi pada panitia.
Biaya pendaftaran Workshop sebesar Rp 20.000 untuk tiap kegiatan, dengan fasilitas program sebagai berikut:
- Materi Kegiatan
- Sertifikat Tingkat Nasional
- Konsumsi (paket dari KFC)
- Souvenir Peserta berhak mengikuti Lomba “Muda Creativity 3th Anniversary” dengan puncak acara di Jakarta pada tahun 2010 mendatang.
Peserta diharapkan hadir 15 (lima belas) menit sebelum acara dimulai untuk melakukan registrasi, dengan membawa kartu identitas (KTP, kartu pelajar, Kartu Tanda Mahasiswa) yang masih berlaku.
Khusus
Untuk Workshop Fotografi, masing-masing peserta diharapkan membawa perlengkapan fotografi, semisal kamera digital ataupun handphone dengan fasilitas kamera, serta dilengkapi dengan kabel USB ataupun memory card untuk memudahkan transfer data.
Untuk Workshop Komik, masing-masing peserta diharapkan membawa perlengkapan gambar, semisal kertas gambar/sketsa, pensil ataupun alat tulis lainnya.
Oktober 6, 2009
20 PUISI TERPILIH FRINGE EVENT UBUD WRITERS AND READERS FESTIVAL 2009
1. Judul : Sajak Semu untuk Sintya
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
2. Judul : Sepagi
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
3. Judul : Bubble Gum Rasa Mint
Karya : Dita Astarini
Asal : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Unud
4. Judul : Cicak yang Berdecak
Karya : Dita Astarini
Asal : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Unud
5. Judul : Tat Twam Asi
Karya : Ayu Sugiharti Pratiwi
Asal : Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
6. Judul : Selepas Malam
Karya : Ratih Astiti
Asal : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Unud
7. Judul : Tersesat pada Waktu
Karya : Ratih Astiti
Asal : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Universitas Udayana
8. Judul : PULANG KAMPUNG
Karya : A.A Gede Ngurah Putra Adnyana
Asal : Denpasar
9. SERENADA PEREMPUAN BULELENG
Karya : A.A Gede Ngurah Putra Adnyana
Asal : Denpasar
10. Di Jendela
Karya : I Dewa Ayu Diah Cempaka Dewi
Asal : SMA N 3 Denpasar
11. Gulali Merah Untuk Adikku
Karya : I Dewa Ayu Diah Cempaka Dewi
Asal : SMA N 3 Denpasar
12. SAJAK FEBRUARI
Karya : Gung diah
Asal : SMP N 2 Denpasar
13. Karena Hujan TIDAK Datang Tiba-tiba
Karya : Dita astarini
Asal : Sastra Inggris, Fakultas Sastra Inggris, Unud
14. Bulan Kaca
Karya : I putu agus sutrarama
Asal : Tabanan
15. AKU MAU DADONG MATI
Karya : Ida Ayu Neka Budianthi
Asal : Denpasar
16. Dinda
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
17. Mata Kata
Karya : I putu agus sutrarama
Asal : Tabanan
18. HANYA AKU
Karya : Putu anggun cahyanti suarmadewi
Asal : SMA N 8 Denpasar
19. Sajak Kecil Gayatri
Karya : Ratna Aristiya Dewi Anggraeni
Asal : SMA N 4 Denpasar
20. Sepotong Puisi Chairil Anwar
Karya : Ratih Astiti
Asal : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Universitas Udayana
10 Karya terbaik Workshop Cerita Mini Fringe Event UWRF 2009
Dia
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
Kembali
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
Ada Hantu
Karya : I Putu Agus Sutrarama
Asal : Tabanan
(Tanpa judul)
Karya : Ratna Aristiya Dewi Anggraeni
Asal : SMA N 4 Denpasar
Taman tanpa Bunga
Karya : Nandiari Nugrahaeni Ni Luh Putu
Asal : Kediri, Tabanan
Stalaktit
Karya : I Putu Sanrio Sutandi
Asal : Denpasar
Teratai
Karya : I Gst Agung Ayu Kuntianthari
Asal : jl. Gandapura 1c no.3 dps
Cerita Mini :
Karya : Elta Wirawan
Asal : Mahasiswa Faksas Unud
HILANG
Karya : Vanesa Martida
Asal : SMA N 5 Denpasar
CER.MIN
Terduduk aku, merenungi semua kesialan-kesialanku. Targetku tahun ini tak tercapai. Ingin rasanya aku teriak menumpahkan uneg-uneg yang penuh kecewa dan marah. Kulempar kaleng minuman yang sedari tadi kupegang.
“Ouch..” Seseorang meringis. Ternyata kalengku mengenai kepala seorang bapak yang puntung kakinya tampak kewalahan berjalan ke arahku sambil membopong sebuah karung di bahunya. “Nak kalengnya buat bapak ya?” Begitu katanya sambil tersenyum. Senyumnya ramah. Wajahnya bersahaja. Aku mengangguk pelan melihat bapak yang terseok itu berjalan.
September 18, 2009
Ketentuan Workshop Fringe Event UWRF 2009
Ketentuan Workshop Menulis Puisi dan Cerita Mini
1. Peserta Workshop Menulis Puisi dan Cerita Mini Fringe Event Ubud Writers and Readers Festival 2009 sebelumnya sudah melakukan konfirmasi pada panitia
2. Peserta Workshop Menulis Puisi dan Cerita Mini Fringe Event Ubud Writers and Readers Festival 2009 ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya apapun (free)
3. Peserta wajib membawa minimal 2 (dua) buah puisi dan cerita mini karya pribadi baik yang sudah pernah dipublikasikan maupun belum.
4. Peserta diharapkan hadir 15 (lima belas) menit sebelum acara dimulai.
5. Setiap peserta akan memperoleh piagam keikutsertaan yang berskala internasional.
6. Narasumber akan menentukan 20 puisi dan 10 cerita mini terpilih yang akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan selama acara Ubud Writers and Readers Festival 2009 berlangsung serta diprogramkan untuk dibukukan.
7. Penulis puisi dan cerita mini terbaik akan diundang khusus untuk membacakan karyanya pada saat acara Pertunjukkan Apresiasi Sastra ”An Evening of Words and Sound of Poem” pada Jumat, 9 Oktober 2009 di Wantilan Taman Budaya Provinsi Bali.
September 13, 2009
Ubud Writers and Reader Festival di Denpasar
Selain sebagai sarana ekspresi, dan kreasi, kini sudah tiba saatnya untuk menjadikan kegiatan bersastra sebagai salah satu media pembelajaran serta pendidikan yang strategis. Ini dikarenakan dalam berbagai aktivitas kebahasaan ini, yang patut dikedepankan bukan lagi semata perihal bagaimana mencipta karya yang kreatif sekaligus inovatif, ataupun juga menemukan bentuk-bentuk apresiasi yang mungkin dikembangkan, namun sejalan dengan itu, yang tak kalah pentingnya, ialah bagaimana membangun sikap kritis yang penuh empati pada masing-masing individu pecintanya.
Terlebih lagi, menimbang berbagai dampak negatif arus globalisasi serta kecenderungan kosmopolitan yang perlahan diadopsi masyarakat lantaran dianggap sebagai wujud nyata dari kemajuan kekinian, maka kebutuhan akan suatu langkah dan program filterisasi pun sudah tak terhindarkan lagi. Dan sastra boleh jadi merupakan salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh—tentu apabila fungsi edukasi kritis dan empati yang sebelumnya telah dipaparkan sedemikian rupa dipahami dan dihayati.
Untuk itulah, Komunitas Sahaja menyambut baik rencana Panitia Ubud Writers And Readers Festival (UWRF) untuk bekerjasama mengadakan sebuah program susastra di Denpasar, yaitu Fringe Event UWRF. Dengan mengambil topik “Membangun Generasi Muda yang Kreatif: Sebuah Upaya Memasyarakatkan Sastra” sebagai respon atas tema utama acara UWRF 2009 yakni “Suka Duka: Compassion and Solidarity”, diharapkan kegiatan dapat turut memberikan pengalaman kreatif bagi generasi muda di Denpasar serta mendorong sikap kritis serta empati para remaja dengan mengedepankan semangat pembelajaran bersama.
Guna memenuhi tujuan tersebut, ada beberapa mata acara yang akan diselenggarakan, yakni Workshop Puisi dan Cerita Mini, Talkshow, Diskusi Kreatif dengan penulis-penulis Muda Indonesia serta Program Apresiasi Sastra. Kegiatan-kegiatan ini dijadwalkan berlangsung mulai 26 September 2009 hingga 11 Oktober 2009.
Guna mewujudkan tujuan di atas, ada beberapa program yang akan diselenggarakan, antara lain:
- 1. Workshop Menulis Puisi
Kegiatan ini akan diikuti oleh siswa-siswi SMP, SMA, Mahasiswa, masyarakat umum, serta pencinta dan penggiat sastra di Denpasar.
Bentuk Workshop Menulis Puisi ini berupa dialog dua arah antara narasumber dengan para peserta. Di samping itu, kegiatan ini juga akan diselingi oleh pembacaan puisi dan pementasan musikalisasi puisi. Pada bagian akhir acara, akan diselenggarakan penulisan puisi bersama, di mana para peserta diharapkan dapat mencipta puisi dengan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama program workshop ini.
Direncanakan, 20 puisi terpilih hasil karya peserta akan dipublikasikan selama acara Ubud Writers and Readers Festival 2009 berlangsung. Tak hanya itu, peserta dengan puisi terbaik akan diundang secara khusus untuk membacakan karyanya dalam Program Apresiasi Sastra ”An Evening of Words and Sound of Poem” pada Jumat, 9 Oktober 2009.
Kegiatan ini dijadwalkan pada:
Hari, tanggal : Sabtu, 26 September 2009
Waktu :17.00-selesai
Tempat : Wantilan Museum Sidik Jari Denpasar
- 2. Workshop Menulis Cerita Mini
Sebagaimana Workshop Menulis Puisi, kegiatan ini pun akan diikuti oleh siswa-siswi SMP, SMA, Mahasiswa, masyarakat umum, serta pencinta dan penggiat sastra di Denpasar.
Di samping diskusi kreatif mengenai kiat-kiat penulisan cerita mini oleh sastrawan ternama di Bali, dalam kegiatan ini akan diselenggarakan pula pertunjukan monolog, serta dramatisasi cerpen.
Sebanyak 10 cerita mini terpilih karya para peserta juga akan dipublikasikan pada kegiatan-kegiatan Ubud Writers and Readers Festival. Dan peserta dengan karya terbaik akan diundang secara khusus untuk membacakan cerita mininya pada acara An Evening of Words and Sound of Poem, Jumat, 9 Oktober 2009.
Program ini dijadwalkan pada:
Hari, tanggal : Minggu, 27 September 2009
Waktu : 17.00-selesai
Tempat : Wantilan Museum Sidik Jari Denpasar
- Diskusi Kreatif Bersama Para Penulis Muda Indonesia
Kegiatan ini akan diikuti oleh para pelajar baik siswa/siswi SMP, SMA, maupun Mahasiswa serta pencinta dan penggiat sastra di Denpasar.
Dalam diskusi ini, akan hadir 2 (dua) Penulis Muda Indonesia yang akan berbagi pengetahuan serta pengalaman-pengalaman kreatifnya selama bergelut dalam dunia penulisan. Bentuk kegiatan ini lebih berupa dialog dua arah antara peserta dan narasumber dengan harapan dapat lebih memasyarakatkan sastra di kalangan remaja.
Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung pada:
Hari, tanggal : Kamis, 8 Oktober 2009
Waktu : 09.00 – 12.00
Tempat : Gedung Widyasabha, Fakultas Sastra
Universitas Udayana
- 4. Program Apresiasi Sastra
Sebagaimana kegiatan sebelumnya, program Apresiasi Sastra ini pun akan diikuti oleh pelajar baik SMP, SMA, maupun Mahasiswa serta masyarakat umum, pencinta sastra dan teater di Bali.
Kegiatan yang mengambil tajuk ”Malam Puisi Bunyi dan Kata”, An Evening of The Words and Sound of Poems merupakan sebuah malam perayaan apresiasi sastra dengan dipentaskannya beberapa bentuk pertunjukan yakni Eksplorasi atas Kata, Suara dan Rupa.
Eksplorasi atas Kata, Suara dan Rupa merupakan suatu pertunjukan yang mencoba memadukan beberapa unsur yang tetap mengedepankan keindahan putika. Adapun sesuatu yang hendak dicapai yakni sebuah perenungan yang indah dan penuh hikmah. Di samping itu, akan dipentaskan pula pembacaan puisi dan cerita mini terpilih, pertunjukan monolog serta pementasan teater.
Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung pada:
Hari, tanggal : Jumat, 9 Oktober 2009
Waktu : 19.00 – 21.00
Tempat : Wantilan Taman Budaya Prov. Bali
- 5. Talkshow
Di samping program workshop penulisan kreatif, akan diselenggarakan pula sebuah Talkshow dengan tema ”Peran Komunitas Sastra dalam Upaya Turut Mengembangkan Sikap Kreatif Masyarakat”. Di samping membahas mengenai pentingnya peran komunitas sastra dalam mengembangkan kreativitas serta sikap kritis masyarakat, dalam dialog ini juga akan didiskusikan mengenai pentingnya museum serta lembaga-lembaga kebudayaan lainnya dalam upaya pendokumentasian hasil seni dan budaya, termasuk di dalamnya karya-karya sastra. Pada akhir acara, akan diselenggarakan pula sebuah pertunjukan monolog dan pementasan musik.
Sasaran kegiatan ini adalah para pelajar, baik siswa SMP, SMA, maupun Mahasiswa, serta masyarakat umum dan pecinta sastra di Denpasar.
Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung pada:
Hari, tanggal : Minggu, 11 Oktober 2009
Waktu : 10.00 – 12.30
Tempat : Wantilan Museum Sidik Jari Denpasar.
Untuk info lebih lanjut, silakan konfirmasi via email ke komunitas.sahaja@yahoo.com, atau ke 085 737 229 256 (Panitia Fringe Event, Rastiti)
Juli 14, 2009
Dialog Budaya dan Peluncuran Buku ‘Hans Magnus Enzensberger’
Bekerjasama dengan Goethe Institut Jakarta, pertengahan Agustus 2009, Komunitas Sahaja akan menyelenggarakan sebuah acara Dialog Budaya dan Peluncuran Buku karya Hans Magnus Enzensberger, salah satu penyair mumpuni Jerman. Menampilkan dua pembicara yang juga sekaligus penerjemah karya Enzensberger dari bahasa Jerman ke Bahasa Indonesia, yakni Berthold Damshauser (Jerman) dan Agus R. Sarjono (Indonesia).
Buku Kumpulan Puisi karya Hans Magnus Enzensberger ini merupakan upaya penerbitan Seri Puisi Jerman yang kelima. Acara akan dilaksanakan pada:
Sabtu, 15 Agustus 2009
Pukul 19.00 – 21.00 WITA
di Studio Ramayana, Radio Republik Indonesia (RRI) Denpasar, Jalan Hayam Wuruk 70 Denpasar, Bali
Informasi lebih lanjut, silakan hubungi Rastiti (087860947414) atau via email ke komunitas.sahaja@yahoo.com
Diskusi dan Peluncuran Antologi Cerpen ‘Lobakan’
Diskusi dan Peluncuran Buku Antologi Cerpen bertajuk ‘Lobakan’ akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2009. Selain mengulas isi buku yang mengangkat tema karya cerpen di seputar peristiwa trauma tahun 1965/66 di Bali, acara ini juga akan mengetengahkan tari kontemporer dari Lena Guslina (Bandung) dan berbagai nomor pertunjukan lainnya.
Acara akan diadakan pada:
Minggu, 23 Agustus, pukul 19.00 – 21.00 WITA
di Gedung Wantilan Taman Budaya Provinsi Bali (dalam konfirmasi)
Informasi lebih lanjut hubungi Devi (087860947414) atau email komunitas.sahaja@yahoo.com
Juni 4, 2009
CATATAN LOMBA CIPTA PUISI RADAR BALI LITERARY AWARD 2009
Upaya Puisi Meraih Katarsis
Kehadiran sebuah puisi menjadi memikat bukan semata-mata karena kandungan maknanya ataupun pilihan bahasa ungkapnya, melainkan juga pada bagaimana proses puisi itu tercipta. Setiap penyair pada galibnya memiliki cara dan proses kreatifnya tersendiri dalam berkarya. Tidak sedikit yang malahan beranggapan masing-masing puisi pada dasarnya lahir melalui jalan kreasi yang berbeda. Kenyataan ini menyiratkan bahwa dalam dunia penciptaan tersedia sebuah ruang untuk merayakan kebebasan berkreativitas yang mengandung aneka kemungkinan tak terduga. Lantaran itu pula, menarik bagi kita mencermati serta menelisik lebih jauh, gerangan apakah yang terjadi sewaktu bunyi dan arti luluh menyatu melahirkan paduan kata atau metafor yang tidak hanya indah namun sekaligus penuh hikmah.
Lomba Cipta Radar Bali Literary Award 2009, diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang selama ini telah dikenal dengan aktivitas susastranya, semisal Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Lampung, Padang, Semarang, Tasikmalaya, dan daerah-daerah lain termasuk di dalamnya Papua. Dari 1570 naskah yang memenuhi syarat untuk dinilai, segera terasa bahwa karya-karya tersebut bukan hanya menghadirkan musikalitas kata yang terjaga dan metafor yang cukup segar, tetapi terbukti pula memikat dewan juri, untuk menerka-duga proses penciptaannya. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh adanya ketentuan lomba yang mewajibkan peserta untuk menyikapi tema yang telah ditentukan panitia, yakni “Perubahan, Kemanusian, dan Lingkungan”
Walau topik itu terkesan longgar dan menawarkan aneka kemungkinan, namun tetaplah menuntut penciptanya untuk kreatif dan inovatif, agar puisi yang dihasilkan tetap terjaga, yakni unik dalam pengucapan serta memiliki kedalaman renungan yang penuh pesan. Dengan kata lain tema tersebut bisa menjadi halangan atau batu sandungan, terlebih bila peserta tak cukup tekun mengolahnya dalam suatu proses kontemplasi yang membutuhkan keuletan serta kesabaran tersendiri. Dalam konteks lomba kali ini, kematangan penyair teruji serta tercermin dari upayanya untuk menyikapi batasan yang telah ditetapkan panitia, dan bahkan kuasa melampauinya guna melahirkan suatu puisi yang padu dan utuh dalam keseluruhan.
Secara umum, puisi-puisi lomba kali ini cenderung mengedepankan muatan pesan. Seakan-akan si penciptanya hendak menyatakan kepada pembaca bahwa makna yang tersurat adalah tentang sesuatu yang terkait dengan tematik yang disodorkan panitia. Tema “Perubahan, Kemanusian, dan Lingkungan ” diterjemahkan menjadi puisi yang lebih menegaskan pernyataan daripada suatu gambaran kenyataan hasil proses kontemplatif yang panjang. Tidak heran bila kebanyakan penyair, tercermin dari judul dan pilihan katanya, tergelincir pada problematik dasar penciptaan, di mana puisi-puisinya penuh dengan ungkapan yang klise, verbal dan artifisial. Si pencipta seakan abai (atau lalai) bahwa pada hakikatnya pesan dalam puisi sepatutnya diupayakan untuk tak tergelincir menjadi slogan.
Tidakkah hal di atas menunjukan bahwa penciptanya kurang menyadari bahwa kata-kata di dalam puisi haruslah kuasa melampaui makna denotatifnya untuk menghadirkan makna konotatif, yang boleh jadi ambigu namun memiliki berlapis-lapis kemungkinan tafsir yang kaya. Sedangkan slogan cenderung terlalu gamblang dengan makna yang tunggal, serba harfiah dan terlampau permukaan. Di sisi lain, karya yang berhasil mensyaratkan adanya paduan utuh antara yang tersurat serta yang tersirat, dan itu hanya bisa dihasilkan oleh penyair yang punya perhatian intens terhadap kata—apalagi di dalam puisi, bunyi dan arti sejatinya tak terceraikan.
Penggunaan bahasa/kata secara intens oleh penyair memang tak terhindarkan, bahkan bisa dikata sebagai keharusan. Penyair yang mumpuni tentu piawai menciptakan paduan kata yang segar dan melahirkan metafor yang orisinal, yang pada giliran berikutnya mempertegas gaya/warna yang bersangkutan sekaligus menjadi ciri yang membedakannya dengan penyair lainnya. Keunikan yang paling ekstrem adalah bahwa puisi bisa dibangun dalam kuantitas kata yang sangat minimal, bahkan tersusun hanya oleh satu kata, semisal puisi karya Sutarji C. Bachri, bertajuk Kalian, yang menorehkan satu kata saja yakni : pun. Memang selain faktor pilihan kata, keindahan puisi lebih dikukuhkan lagi dengan mempertimbangkan tipografi, susunan bait, persanjakan, dan lain sebagainya.
Tentu saja tidak mudah menetapkan pemenang dalam suatu lomba seni, terlebih lagi cipta puisi. Unsur subjektivitas jelaslah tak terhindarkan, karena memang begitulah sifat karya seni yang meskipun coba didekati secara objektif namun tak mungkin menjadi sungguh-sungguh eksak seperti bilangan perkalian dalam matematika yang hasilnya boleh dikata selalu jelas dan pasti.
Keluasan medan tafsir seperti itulah yang sedari awal disadari oleh ketiga dewan juri, dan karenanya menolak untuk menggunakan penilaian berdasarkan penjumlahan angka-angka, melainkan lebih mengedepankan suatu perdebatan penuh argumentasi yang didasari oleh catatan-catatan masing-masing terhadap kekhasan, kekuatan atau juga kelemahan puisi-puisi yang kemudian dinominasikannya menjadi yang terbaik. Dalam tahapan berikutnya, setelah juri-juri menyodorkan nominator-nominator, terbuka pula suatu ruang eksplorasi penilaian yang mencoba merangkum unsur-unsur subjektif ke arah yang lebih objektif, di mana puisi-puisi unggulan ditimbang ulang kekuatan dan kelemahannya.
Sebagian besar puisi nominator terbilang sebagai karya yang bagus, terlihat bahwa penciptanya telah cukup matang mengolah bahasa menjadi sebentuk pengucapan yang menarik dan puitik. Akan tetapi, ketika penilaian mulai mengacu pada isi muatannya, terjadi diskusi yang lebih intens tentang seberapa kuatkah puisi-puisi tersebut mengekspresikan tema yang ditentukan oleh panitia. Di sini timbul pertanyaan lebih jauh, terutama upaya apa saja yang sekiranya ditempuh si penyair dalam mewujudkan karyanya, termasuk kemungkinan kekurangutuhan dalam memahami isi yang hendak disampaikan melalui kata-kata pilihannya. Beberapa puisi tersisih justru karena terkesan terlampau memaksakan tema hadir di dalam puisinya. Sementara yang terpilih berhasil menciptakan puisi yang terbilang utuh, di mana muatan pesan, baik tersirat ataupun tersurat, mengemuka secara lebih wajar.
Coba simak puisi berjudul “Aku Akan Menjemputmu Bila Hujan Telah Reda” ,”Anak Pantai”, “Maling Arloji” yang ketiganya terbilang cukup panjang, atau puisi yang lebih ringkas “Menghapus Namamu, Dik” dan “Fiksi Keenam: Di Depan Pintu Pertokoan”. Tergambar benar bahwa para penyairnya cukup kuasa mengendapkan gagasan-gagasannya sehingga terolah menjadi suatu puisi yang sublim. Persoalan teknik agaknya sudah bukan lagi menjadi kendala, sehingga pesan, yang merupakan respon atas tema, tidak menjadi sesuatu yang membebani, malahan mendorong mereka untuk menghasilkan bahasa ungkap yang jernih serta idiom-idiom yang tak terlampau gelap atau pekat.
Tentang Lomba
Sudah barang tentu lomba nirlaba seperti ini layak diberi apresiasi tinggi. Kecenderungan budaya instan, panorama semu yang ditampilkan televisi dan teknologi multimedia lainnya, terbukti bukan lagi sekadar ancaman, melainkan adalah kenyataan sehari-hari kita yang mencemaskan. Sikap lalai dan abai, perlahan tapi pasti, merasuki cara pandang kita dalam menyikapi hubungan sosial yang terjadi di masyarakat. Di titik inilah, kehadiran Radar Bali Literary Award 2009 dapat dimaknai sebagai sebuah upaya untuk memperjuangkan budaya tanding terhadap apa yang disebut pseudo-budaya modern ala kapitalisme yang tak jelas juntrungannya di negeri ini.
Puisi sebagai karya seni, dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, menyodorkan kepada khalayak sebuah ruang renung untuk sejenak kita undur dari kerutinan yang melenakan. Sebuah ruang kontemplasi, di mana pembaca memperoleh kesempatan untuk mengalami ulang sentuhan-sentuhan emosi yang mendasar (empati dan simpati) yang pada tahapan selanjutnya berguna untuk mencegah kita hanyut dalam pola hidup yang mekanis; serba efektif, efisien, dan rapi, akan tetapi tak manusiawi. Puisi yang jauh dari perhitungan untung rugi materi memang sebuah antitesa untuk laku kapital global yang berwatak rakus dan menghalalkan segala cara.
Radar Bali Literary Award 2009 yang dimulai dengan Lomba Cipta Puisi se-Indonesia serta dilanjutkan dengan Lomba Baca Puisi dan Dramatisasi, dapat diandaikan sebagai semacam oase di tengah pergaulan kreatif dan berkesenian di Bali yang dinamikanya belakangan ini seakan surut dan redup. Insiatif teman-teman Sahaja, sebuah komunitas seni anak muda yang cukup teruji dan gigih ini, patut didukung agar menjadi agenda tahunan yang prestisius. Sementara itu, penghargaan pun layak diberikan kepada Radar Bali (Jawa Pos Group) yang membuka peluang kerjasama sehingga lomba penuh idealisme ini dapat terselenggara. Salut untuk Nyoman Wija, selain gigih sebagai jurnalis yang menghargai profesinya, terbukti tak jemu-jemu menggagas dan terus bersinergi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang penuh makna. Ke depan, apa yang telah dicapai hari ini, patut dirayakan kembali sebagai sebuah tradisi. Dengan demikian, oase ini bukan sekadar tempat kita singgah atau berteduh, melainkan sungguh sebagai ruang publik untuk kita berkreativitas sekaligus memperoleh katarsis yang tak putus-putus.(Warih Wisatsana)
Dewan Juri Lomba Cipta Puisi Radar Bali Literary Award 2009
- Eka Pranita Dewi
- Tan Lioe Ie
- Warih Wisatsana
Mei 24, 2009
INI DIA! PENGUMUMAN PEMENANG RADAR BALI LITERARY AWARD 2009!
Salam Kawan-Kawan Semua….
Inilah pengumuman Lomba Cipta se-Indonesia, Lomba Baca Puisi dan Lomba Dramatisasi Puisi se-Bali Radar Bali Literary Award 2009!
A. Lomba Cipta Puisi se-Indonesia
Setelah mempertimbangkan bahasa, muatan/isi, serta keutuhan dan kepaduan karya, termasuk juga tema lomba yakni ’Perubahan, Lingkungan, dan Kemanusiaan’, Dewan Juri, yang terdiri dari penyair Eka Pranita Dewi, penyair Tan Lioe Ie, serta penyair Warih Wisatsana, memutuskan menetapkan hasil Lomba Cipta Puisi se-Indonesia Radar Bali Literary Award 2009 sebagai berikut:
Tidak ada Pemenang I, II, III untuk Lomba Cipta Puisi Radar Bali Literary Award 2009. Dewan Juri menetapkan 5 Pemenang Utama Terbaik yang juga berhak atas piala Gubernur Bali, yakni:
1. Aku Akan Menjemputmu Bila Hujan Telah Reda, karya Kadek Surya Kencana, dari Provinsi Bali
2. Anak Pantai, karya Elizabeth Permatasari, dari Provinsi Jawa Timur (Surabaya)
3. Fiksi Keenam: Di Depan Pintu Pertokoan, karya Fitri Yani, dari Provinsi Lampung
4. Maling Arloji, karya Dwi S. Wibowo, dari Provinsi D.I. Yogyakarta
5. Menghapus Namamu, Dik, karya Ayu Wulan Dwiputri, dari Provinsi Bali
B. Lomba Baca Puisi se-Bali
Berikut merupakan para pemenang Lomba Baca Puisi se-Bali kategori SMP dan Umum yang berhak atas piala Walikota Denpasar.
1. Kategori SMP
Setelah mempertimbangkan penghayatan, ekspresi, olah vokal, kreativitas dan keutuhan penampilan peserta, Dewan Juri, yang terdiri dari penyair Eka Pranita Dewi, penyair Riki Damparan Putra, serta pengamat sastra I Nyoman Sutarsa, memutuskan menetapkan hasil Lomba Baca Puisi Kategori SMP se-Bali Radar Bali Literary Award 2009 sebagai berikut:
Juara I
Nama : I Gede Catur Wira Natanegara
Asal : SMP N 2 Denpasar
No Undi : 26
Judul Puisi : Negeri Kereta Api
Juara II
Nama : Dian Anggara Putri
Asal : SMP N 5 Denpasar
No Undi : 25
Judul Puisi : Negeri Kereta Api
Juara III
Nama : Ni Made Dwi Suriantini
Asal : SMP Kristen Harapan
No Undi : 48
Judul Puisi : Menghapus Namamu, Dik
Peserta Berbakat I
Nama : I Dewa Gede Kevinda Thobias Adiya
Asal : SMP Dyatmika
No Undi : 05
Judul Puisi : Penyair
Peserta Berbakat II
Nama : Natya Nindyagitaya
Asal : SMP N 1 Denpasar
No Undi : 16
Judul Puisi : Menghapus Namamu, Dik
Peserta Berbakat III
Nama : Lutfan Dwi Jayadi
Asal : SMP Pemecutan
No Undi : 29
Judul Puisi : Menghapus Namamu, Dik
Peserta Berbakat IV
Nama : Ni Made Mahaputri Paramitha
Asal : SMP N 3 Denpasar
No Undi : 41
Judul Puisi : Penyair
Peserta Berbakat V
Nama : Maydi Zevanya Sirait
Asal : SMP N 7 Denpasar
No Undi : 50
Judul Puisi : Sophia
2. Kategori Umum
Setelah mempertimbangkan penghayatan, ekspresi, olah vokal, kreativitas dan keutuhan penampilan peserta, Dewan Juri, yang terdiri dari sastrawan Oka Rusmini, budayawan Ida Bagus Darmasutha, serta aktivis budaya Gde Phalayasa, memutuskan menetapkan hasil Lomba Baca Puisi Kategori Umum se-Bali Radar Bali Literary Award 2009 sebagai berikut:
Juara I
Nama : Gede Indra Prayogi
Asal : Teater Antariksa, SMA N 7 Denpasar
No Undi : 33
Judul Puisi : Negeri Kereta Api
Juara II
Nama : Putu Diah Utari
Asal : Teater Limas, SMA N 5 Denpasar
No Undi : 34
Judul Puisi : Di Gaza Tahun Tidak Berganti
Juara III
Nama : Virgina P. Sanni
Asal : Teater Blabar, SMA N 4 Denpasar
No Undi : 19
Judul Puisi : Penyair
Peserta Berbakat I
Nama : I Kadek Surya Kencana
Asal : Jur. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
No Undi : 02
Judul Puisi : Di Gaza Tahun Tidak Berganti
Peserta Berbakat II
Nama : Ketut Trisnayani
Asal : SD Dyatmika
No Undi : 11
Judul Puisi : Anak Pantai
Peserta Berbakat III
Nama : Putu Novianti Sri Cahyani
Asal : Teater Tiga, SMA N 3 Denpasar
No Undi : 23
Judul Puisi : Aku Akan Menjemputmu Bila Hujan Telah Reda
Peserta Berbakat IV
Nama : Putu Ratih Listiani
Asal : Teater Angin, SMA N 1 Denpasar
No Undi : 25
Judul Puisi : Sophia
Peraih Award Terpujikan
Nama : A.A Ayu Ngurah Dinni Saraswati P
Asal : Karangasem
No Undi : 64 B
Judul Puisi : Aku Akan Menjemputmu Bila Hujan Telah Reda
C. Lomba Dramatisasi Puisi se-Bali
Setelah mempertimbangkan kemampuan eksplorasi atas teks puisi menjadi bentuk seni pertunjukan, keutuhan komposisi pementasan sebagai paduan antara blocking, moving, acting, serta hal-hal artistik lainnya dan totalitas pementasan tiap peserta, Dewan Juri, yang terdiri dari penyair Wayan Sunarta, sutradara dan penggiat teater Hendra Utay, serta koreografer internasional I Nyoman Sura, memutuskan menetapkan hasil Lomba Dramatisasi Puisi se-Bali Radar Bali Literary Award 2009 yang juga berhak atas piala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali, sebagai berikut:
Juara I
Nama : Teater Tiga
Asal : SMA N 3 Denpasar
No Undi : 12
Judul Puisi : Aku Akan Menjemputmu Bila Hujan Telah Reda
Juara II
Nama : Teater Angin A
Asal : SMA N 1 Denpasar
No Undi : 08
Judul Puisi : Sophia
Juara III
Nama : Teater Limas
Asal : SMA N 5 Denpasar
No Undi : 13
Judul Puisi : Di Gaza Tahun Tidak Berganti
Peraih Award Terpujikan
Nama : Teater Angin
Asal : SMA N 1 Denpasar
No Undi : 11
Judul Puisi : Anak Pantai
Pengumuman juara sekaligus penyerahan hadiah telah dilaksanakan pada Sabtu, 23 Mei 2009 di Gedung Ksirarnawa, Denpasar. Sebelumnya, Panita telah mengundang para pemenang secara khusus untuk turut hadir dalam puncak acara.
Bagi kawan-kawan yang belum optimal mencipta maupun mengapresiasi karya sastra pada kesempatan lomba kali ini, semoga senantiasa terus kreatif, dan dapat berpartisipasi lagi dalam ajang Radar Bali Literary Award tahun mendatang.
Salam Sahaja!
Panitia.